Tuesday, February 19, 2008

Anansi menipu sang ular

Pernah dengar cerita tentang anansi? Belum? Atau jangan-jangan, kamu nggak pernah tau anansi itu apa. Baiklah, nggak apa-apa. Anansi adalah sejenis arthopoda (laba-laba) yang hidup di hutan rimba seperti di Afrika, Hindia Barat dan Brazil. Ia sesungguhnya terkenal sebagai binatang yang cerdik dan lihai menipu, sekelas dengan Kancil atau Abunawas dalam dunia perdongengan. Anansi mungkin memang kurang populer. Tapi cerita ini justru ada karena ketidakpopulerannya itu. Hmm.. mau tau kisahnya ? Begini ceritanya :

Pada zaman dahulu kala, sebagaimana diketahui dan disepakati oleh semua kalangan hewan bahwa Harimau Sang Raja Rimba, merupakan makhluk yang paling kuat dan berkuasa di antara mereka, sedangkan Anansi si laba-laba merupakan yang paling lemah dan tak berdaya. Suatu ketika, kedua hewan ini bertemu, dan Anansi seraya membungkuk menyapa sang raja berkata, “Aku mempunyai satu perkara yang ingin kutanyakan padamu, Baginda”

“Perkara?” balas sang raja dengan suara yang heran. “Apakah itu, laba-laba kecil?”
“Begini baginda, semua orang tau bahwa kau adalah yang terkuat dibandingkan semua hewan di rimba raya ini. Dan semua orang tau namamu. Tetapi tidak ada yang mengenalku, tidak ada orang yang membincangkan tentang Anansi”
“Hmm..baiklah” kata sang raja. “Lalu apa yang akan kau lakukan untuk mengangkat namamu, Anansi?”
“Aku ingin mempunyai sebuah kisah!” jawab anansi seraya mengangguk antusias.”Kisah seperti Si kancil, Si Rubah, Si Gajah dan hewan lainnya. Aku ingin sekali punya kisah seperti itu dan terkenal sebagai Dongeng Anansi”
“Hmm..Bagus sekali.” Jawab sang raja. Lalu ia berfikir sejenak dan mencari tugas yang cukup berat yang dapat terfikir olehnya, kemudian ia berkata kepada Anansi, “Kau tau ular besar yang hidup di dasar sungai itu? Nah, aku ingin kau membawakan aku Sang Ular sebagai tawanan. Tetapi kau harus memastikan bahwa ia tetap hidup, setuju?”

Anansi pada awalnya sedikit khawatir, tetapi ia teramat sangat menginginkan sebuah kisah atas dirinya, dan akhirnya ia menyetujui tantangan itu. Setelah meninggalkan sang raja, ia duduk dan berfikir, dan berfikir, dan berfikir. Dan akhirnya ia menyusun sebuah rencana.

Hari pertama, ia membuat jebakan untuk si ular. Ia meletakkan tanaman rambat kemudian membuat simpul di ujungnya. Kemudian diletakkannya jerat itu diantara semak-semak, dan meletakkan beberapa biji beri kesukaan ular didekatnya. Kemudian ia pergi dan bersembunyi. Tak lama kemudian, melihat ada biji beri disana, si ularpun datang dan tentu saja ia terkena jerat yang telah dibuat Anansi. Sadar bahwa ular terkena jebakannya, Anansi lalu menarik ujung jerat itu sekuat tenaga, namun sayangnya, si ular terlalu besar dan kuat baginya. Akhirnya si ular berhasil melepaskan diri dan kembali merayap pergi.

Tanpa kecil hati, hari kedua, Anansi menggali lubang yang besar dan dalam lalu meletakkan jerami dan ranting-ranting disekitarnya. Di dasar lubang, diletakkannya pisang . Lalu ia bersembunyi di tepi jalan sambil mengintai dari jauh. Sudah tentu, si ular tergiur melihat tumpukan pisang di dasar lubang, namun ia juga memikirkan keselamatannya. Akhirnya ia mengaitkan ekornya pada sebuah dahan dan meluncur ke dasar lubang untuk mengambil pisang itu. Lalu dengan mudahnya ia mengangkat kembali tubuhnya dan melangkah pergi dari sana. Anansi hanya menatap dengan kecewa...

Anansi mulai berfikir bahwa tantangan ini terlalu berat baginya. Tetapi kemudian, suatu hari, ia berjumpa dengan ular yang tengah berjalan-jalan di hutan.

“Anansi”, kata si ular, “aku tau kau mencoba untuk menangkapku beberapa hari ini. Tapi kau selalu gagal. Kau tau apa yang mampu membuatku tidak memakanmu saat ini juga?”

“Baiklah, kau telah menangkap basah perbuatanku”, Anansi mengaku. “Engkau terlalu cerdik bagiku.” Lalu ia menambahkan dengan liciknya, “Ya, aku memang mencoba untuk menangkapmu..tetapi hanya untuk memastikan bahwa kau adalah MAKHLUK TERPANJANG DI DUNIA.. Lebih panjang dari ekor harimau, lebih panjang dari belalai gajah, dan sudah tentu, lebih panjang dari batang bambu disana itu.”

Si ular lalu menoleh ke arah yang ditunjuk Anansi, lalu kembali menatapnya dengan hina “sudah tentu aku lebih panjang dari batang bambu itu!” ujarnya sombong. “Mengapa, karena akulah makhluk terpanjang di dunia ini!”

“Itulah yang coba aku katakan pada yang lain” tipu Anansi.”Lagipula, aku harus mengakui bahwa batang bambu itu cukup panjang. Tapi, --tentu saja, sulit untuk menunjukkannya dari sana”

“Baiklah, cepat bawa bambu itu kesini!” tantang ular. “Potong dan baringkan di sisiku. Lalu kau dapat meyakinkan dirimu bahwa aku lebih panjang” Anansi kemudian melakukan apa yang diperintahkan ular.

“Mmm..maaf” kata Anansi, “aku ini kecil dan bodoh. Bagaimana aku bisa tau ketika aku sedang berlari ke ujung yang di atas kau tidak akan merayap juga ke sana, lalu ketika aku berlari ke ujung yang di bawah, ekormu tidak akan merayap ke bawah lagi?
“Baiklah, ikat ekorku pada ujung yang satu kalau kau tidak percaya” kata ular penuh yakin. “Kau akan tahu bahwa aku tidak curang”

Anansi melakukan apa yang disuruh ular. Ia ikat ujung ekor ular pada satu ujung bambu, dan kemudian berlari ke ujung yang satu.
“Ulurkan badanmu, ular!” teriaknya. “Ulurkan sejauh yang kau bisa, dan kita akan lihat mana yang lebih panjang”
Ular terus menjulurkan badannya dan Anansi mengikatnya di bagian tengah.

“Aku rasa ini masih belum cukup” kata Anansi lagi. “Istirahatlah dulu, lalu ulurkan lagi badanmu. Kerahkan semua tenagamu. Tutup matamu dan konsentrasi!”
Ular yang sombong dan bodoh itu lalu mengikuti kata-kata Anansi. Dan ketika ia memejamkan mata sambil mengulurkan badannya, dengan cepat dan sigap Anansi mengikat kepalanya pada batang bambu! Akhirnya ular terperangkap tidak dapat bergerak! Setelah diikatnya dengan kencang, Anansi kemudian berlari meniggalkan ular dan memanggil Harimau si Raja Rimba untuk membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikan tantangan itu.

Dan sejak saat itu, Anansi telah berhasil membuat kisah tentang dirinya. Dan Sang Harimau setuju bahwa kisah itu selanjutnya akan disebut sebegai Dongeng Anansi.



(taken from Old Tales for A New Day by Sophia Lyon Fahs and Alice Cobb)

No comments: